JAKARTA – TNI mengevaluasi penyaluran bantuan yang dilempar dari helikopter untuk korban bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera. Hal itu dilakukan usai viral video di media sosial yang memperlihatkan bantuan tercecer dan hancur saat dijatuhkan dari helikopter.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Maruli Simanjuntak mengatakan saat peristiwa itu, helikopter tidak memungkinkan untuk mendarat di lokasi.
“Jadi heli itu tidak bisa mendarat di manapun, jadi harus landasannya harus siap. Jadi karena kondisi bantuan harus diberikan, kita coba untuk dilempar. Setelah ada yang pecah kita evaluasi lagi, sekarang kita berupaya sampai sekarang tidak terjadi lagi,” kata Maruli di Lanud Halim Perdanakusuma, Rabu (3/12).
Dalam kesempatan yang sama, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengaku telah menginstruksikan jajarannya untuk tetap menjaga keamanan diri dan alutsista ketika membantu masyarakat.
Hal itu berkaca dari meninggalnya tiga prajurit TNI saat membantu masyarakat korban banjir.
“Saya tekankan dalam penanganan perbantuan agar tetap menjaga keamanan personel dan Alutsista yang digunakan. Nah, pada saat kemarin heli mau mendarat di situ ada kabel,” ujar Agus.
Ia mengatakan pilot pun saat itu memutuskan barang tetap di-drop dari pada dibawa kembali ke pangkalan.
“Sehingga diputuskan oleh pilot, barang itu tetap di-drop, walaupun mungkin ada beberapa beras yang tercecer, tetapi daripada dibawa lagi kepangkalan udara, lebih baik di-drop dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar dia.
Dalam video yang viral di media sosial, warga di Desa Manalu Purba, Kecamatan Parmonangan, terlihat kecewa ketika menerima bantuan. Awalnya mereka berkumpul di lapangan luas untuk menunggu helikopter yang membawa logistik.
Namun helikopter itu tidak mendarat. Beras dan mie instan tersebut justru dijatuhkan satu persatu dari helikopter yang terbang rendah.
Alhasil bantuan tersebut hancur berserakan saat menyentuh tanah. Warga kemudian memunguti butiran beras yang pecah dan berserakan itu.(***)